Tulisan Highley membicarakan tentang
teori elit dalam pandangan sosiologi yang bersumber dari teori elit yang dirumuskan
dalam bentuk tulisan oleh Gaetano Mosca (1958-1941), Vilfredo Pareto
(1848-1923), dan Robert Michels (1976-1938). Mosca mengatakan bahwa elit adalah
sekelompok kecil orang yang memiliki kemampuan untuk mengatur kelompok
mayoritas. Sedang Pareto, elit berasal dari individu yang paling berbakat dan
terkadang elit menurut pandangan Pareto elit menggunakan dua pengaturan politik
yaitu kekerasan dan persuasi. Di pihak lain, Michels melihat elit (oligarki)
yang memerlukan organisasi besar untuk mengoperasikan kekuasaan secara
efektif.
Secara umum, elit dapat
didefinisikan sebagai orang yang karena posisi strategisnya atau organisasi
atau kegiatannya, mampu mempengaruhi keputusan politik secara umum maupun
secara substantif. Disisi lain, elit adalah orang-orang dengan kapasitas yang
terorganisir. Mereka tidak hanya bertindak sebagai pemimpin yang prestisius dan
mumpuni seperti politisi, pengusaha, pegawai kelas atas, dan komandan militer.
Tetapi seringkali, mereka secara individu adalah pemimpin sebuah organisasi
massa, seperti perserikatan perdagangan, organisasi social penting, dan
pemimpin di pergerakan politik. Hingga akhirnya muncul istilah Counter-elites yang tindakannya
berlawanan dengan tindakan yang dilakukan oleh elit.
Kehadiran
suatu institusi politik yang stabil ditandai dengan perebutan kekuasan
eksekutif dan penguatan pengaruh militer dalam pembuatan kebijakan. Dalam
kenyataannya ada dua format kesatuan elit yang digunakan dalam melihat
kestabilan politik. Tipe pertama ialah elit yang disatukan oleh dasar ideologi.
Tipe ini cenderung menghindari konflik dan mengutamakan homogenitas dan
kesatuan diantara mereka. Tipe kedua adalah elit yang terbentuk melalui
konsensus. Dalam pandangan tipe ini, tidak ada ideologi tunggal yang baku dan
harus dipatuhi. Orang dengan kekuasaan dan pengaruh mengambil posisi penting
dalam penyelesaian masalah public. Posisi tersebut bisa saja mengacu pada
ideologi yang berlawanan, seperti konflik yang terjadi antara elit kaum
konservatif dan liberal di Inggris dan Swedia. Meskipun mereka pada
dasarnya bertentangan, namun kekuasaan
yang terdistribusi dapat mempengaruhi keputusan politik. Sehingga, institusi
politik akan stabil dalam waktu lama.
Lebih
lanjut, elit konsensus dapat terbentuk dalam dua cara, pertama, yaitu peletakkan elit dalam masyarakat yang relative
lemah kemampuan social dan ekonominya. Kedua,
selama masa perjuangan kemerdekaan, elit lokal diterima, terutama karena
perjuangannya dalam kemerdekaan. Dan akhirnya, elit convergernce, di negara dengan tradisi pemilunya kental
seperti Indonesia, elit menjadi sangat penting dalam pembentukan koalisi
politik dan memobilisasi pemilih untuk memenangkan pemilihan, elit bentuk ini
dapat ditemui di beberapa Negara Eropa dan Jepang. Teori elit mengajarkan meskipun teori elit seakan mendukung
demokrasi, namun pada dasarnya, teori ini tidak percaya praktek demokrasi dapat
dijalankan. Situasi politik umum adalah dasar dari ketidakstabilan kelembagaan.
Ketika revolusi (dalam hal ini civil wars
dan wars of liberation atas nama
dinasti, etnik, agama, dan pengelompokan agama terjadi dan negara menunjukkan
otoritasnya melalui cara militer dan kekerasan oleh polisi, maka yang akan
terjadi adalah kehancuran. Dalam situasi revolusi, elit konsensus tidak mungkin
berkembang, kondisi ini membuka ruang yang luas bagi elit berbasis ideologi. Meskipun,
banyak teoritisi telah membagi posisi antara elit dan non elit, namun sekali
waktu, aktor non elit dapat menjadi elit. Hal ini terjadi, ketika elit mengalami
kegagalan disertai melemahnya otoritas yang dimiliki oleh pemerintah. Dalam
kondisi postindustrial dimana kejahatan, penyalahgunaan narkotika, dan kondisi
sosial menyimpang lainnya terjadi, harmonisasi hubungan antara elit dan nonelit
menjadi sangat penting.
Highley
dalam tulisannya juga mengemukakan limitasi elit yang terjadi. Perilaku elit
yang tidak dapat diduga. Kesatuan elit untuk menciptakan kestabilan institusi
politik menjadi dipertanyakan dilihat dari sejarah dan pengetahuan elit. Dan
harus disadari bahwa teori elit tidak disukai oleh banyak orang karena
peraturannya berisi tujuan dan hasil yang ideal yang disuarakan oleh
intelektual, pemimpin pergerakan, dan dan ilmuan sosial. Teori elit tidak
ditempatkan untuk melihat demokrasi dan revolusi sosial dan hanya untuk sebuah nilai baru yang cenderung altruism.
Konflik karena kohesi sosial dan masalah konstitusi politik tidak dapat
dihindarkan, dan mereka harus mnyelesaikan dengan sebaik mungkin. Bagaimanapun
kondisi elit, mereka adalah aktor utama dalam politik, tetapi teori elit yang
merupakan pusat ilmu bagi mereka dari mereka tidak memiliki banyak penganut.
Yogyakarta, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar