Translate

Senin, 24 Juni 2013

John Highley : Elite Theory in Political Sociology (University of Texas At Austin)



            Tulisan Highley membicarakan tentang teori elit dalam pandangan sosiologi yang bersumber dari teori elit yang dirumuskan dalam bentuk tulisan oleh Gaetano Mosca (1958-1941), Vilfredo Pareto (1848-1923), dan Robert Michels (1976-1938). Mosca mengatakan bahwa elit adalah sekelompok kecil orang yang memiliki kemampuan untuk mengatur kelompok mayoritas. Sedang Pareto, elit berasal dari individu yang paling berbakat dan terkadang elit menurut pandangan Pareto elit menggunakan dua pengaturan politik yaitu kekerasan dan persuasi. Di pihak lain, Michels melihat elit (oligarki) yang memerlukan organisasi besar untuk mengoperasikan kekuasaan secara efektif.  

            Secara umum, elit dapat didefinisikan sebagai orang yang karena posisi strategisnya atau organisasi atau kegiatannya, mampu mempengaruhi keputusan politik secara umum maupun secara substantif. Disisi lain, elit adalah orang-orang dengan kapasitas yang terorganisir. Mereka tidak hanya bertindak sebagai pemimpin yang prestisius dan mumpuni seperti politisi, pengusaha, pegawai kelas atas, dan komandan militer. Tetapi seringkali, mereka secara individu adalah pemimpin sebuah organisasi massa, seperti perserikatan perdagangan, organisasi social penting, dan pemimpin di pergerakan politik. Hingga akhirnya muncul istilah Counter-elites yang tindakannya berlawanan dengan tindakan yang dilakukan oleh elit. 

Kehadiran suatu institusi politik yang stabil ditandai dengan perebutan kekuasan eksekutif dan penguatan pengaruh militer dalam pembuatan kebijakan. Dalam kenyataannya ada dua format kesatuan elit yang digunakan dalam melihat kestabilan politik. Tipe pertama ialah elit yang disatukan oleh dasar ideologi. Tipe ini cenderung menghindari konflik dan mengutamakan homogenitas dan kesatuan diantara mereka. Tipe kedua adalah elit yang terbentuk melalui konsensus. Dalam pandangan tipe ini, tidak ada ideologi tunggal yang baku dan harus dipatuhi. Orang dengan kekuasaan dan pengaruh mengambil posisi penting dalam penyelesaian masalah public. Posisi tersebut bisa saja mengacu pada ideologi yang berlawanan, seperti konflik yang terjadi antara elit kaum konservatif dan liberal di Inggris dan Swedia. Meskipun mereka pada dasarnya  bertentangan, namun kekuasaan yang terdistribusi dapat mempengaruhi keputusan politik. Sehingga, institusi politik akan stabil dalam waktu lama. 

Lebih lanjut, elit konsensus dapat terbentuk dalam dua cara, pertama, yaitu peletakkan elit dalam masyarakat yang relative lemah kemampuan social dan ekonominya. Kedua, selama masa perjuangan kemerdekaan, elit lokal diterima, terutama karena perjuangannya dalam kemerdekaan. Dan akhirnya, elit convergernce, di negara dengan tradisi pemilunya kental seperti Indonesia, elit menjadi sangat penting dalam pembentukan koalisi politik dan memobilisasi pemilih untuk memenangkan pemilihan, elit bentuk ini dapat ditemui di beberapa Negara Eropa dan Jepang. Teori elit mengajarkan meskipun teori elit seakan mendukung demokrasi, namun pada dasarnya, teori ini tidak percaya praktek demokrasi dapat dijalankan. Situasi politik umum adalah dasar dari ketidakstabilan kelembagaan. Ketika revolusi (dalam hal ini civil wars dan wars of liberation atas nama dinasti, etnik, agama, dan pengelompokan agama terjadi dan negara menunjukkan otoritasnya melalui cara militer dan kekerasan oleh polisi, maka yang akan terjadi adalah kehancuran. Dalam situasi revolusi, elit konsensus tidak mungkin berkembang, kondisi ini membuka ruang yang luas bagi elit berbasis ideologi. Meskipun, banyak teoritisi telah membagi posisi antara elit dan non elit, namun sekali waktu, aktor non elit dapat menjadi elit. Hal ini terjadi, ketika elit mengalami kegagalan disertai melemahnya otoritas yang dimiliki oleh pemerintah. Dalam kondisi postindustrial dimana kejahatan, penyalahgunaan narkotika, dan kondisi sosial menyimpang lainnya terjadi, harmonisasi hubungan antara elit dan nonelit menjadi sangat penting.
 
Highley dalam tulisannya juga mengemukakan limitasi elit yang terjadi. Perilaku elit yang tidak dapat diduga. Kesatuan elit untuk menciptakan kestabilan institusi politik menjadi dipertanyakan dilihat dari sejarah dan pengetahuan elit. Dan harus disadari bahwa teori elit tidak disukai oleh banyak orang karena peraturannya berisi tujuan dan hasil yang ideal yang disuarakan oleh intelektual, pemimpin pergerakan, dan dan ilmuan sosial. Teori elit tidak ditempatkan untuk melihat demokrasi dan revolusi sosial dan hanya untuk  sebuah nilai baru yang cenderung altruism. Konflik karena kohesi sosial dan masalah konstitusi politik tidak dapat dihindarkan, dan mereka harus mnyelesaikan dengan sebaik mungkin. Bagaimanapun kondisi elit, mereka adalah aktor utama dalam politik, tetapi teori elit yang merupakan pusat ilmu bagi mereka dari mereka tidak memiliki banyak penganut.

Yogyakarta, 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar