Kau yang dulu...
Untuk kau yang
dulu pernah ada di hati, apa kabarnya disana? Ku dengar kau telah berbahagia,
bersama dia yang kau pilih untuk mendampingi hari-harimu yang berat dan padat.
Semoga dia mampu bersabar dan bertahan, dan pastinya dia jauh lebih hebat dari aku.
Ku sadari, aku tidak cukup hebat untukmu, namun, apakah menurutmu aku tak cukup
layak untuk sekedar kau jadikan teman? Tidak usah malu. Kau lebih dahulu
bersama dia, bukan berarti kau yang tidak setia. Karena pada akhirnya kita
memang hanya ditakdirkan sebagai teman. Jadi sekarang, sudah layak kah aku
menjadi temanmu? Dari pertama kali waktu berdetak, dan kita berpisah, hanya itu
pertanyaan yang ingin aku tanyakan padamu. Tapi mau kah saat ini kau menjawabnya
untukku? Cukup sekali saja. Agar aku tidak salah mengartikan hubungan kita.
Aku hanya ingin
mengucapkan selamat untukmu. Semoga kau berbahagia dengan dia, istri yang akan
mendampingi hari-harimu. Merangkai hari indah bersama dalam suka dan duka.
Bahagia ini untukmu temanku. Tulus dari hati yang terdalam. Namun sebagai
temanmu, tidak boleh kah aku tahu kabar bahagia ini langsung darimu? Maafkan
aku yang tak kunjung mengucapkan selamat untukmu. Ini karena kau tak
mengabariku. Mungkin saja kau kira aku terlalu tidak berharga untuk
mengetahuinya. Apakah kau lupa, bukan kah kau pernah katakan bahwa kita akan tetap menjadi
teman? Atau kesempatan untuk jadi temanmu pun telah tertutup untukku?
Untuk kau yang
pernah ada di hatiku. Sekarang aku sedang menjalani hariku yang berat. Masih
belum menemukan penggantimu. Hm…tapi bukan karena aku masih berharap padamu. Katakan
pada istrimu, agar jangan khawatir. Aku sudah menutup rasa denganmu sejak dulu.
Saat ini aku hanya belum berpikir untuk melakukan pilihan serius layaknya
wanita dewasa. Aku masih anak-anak yang kau kenal dulu. Belum memiliki
keberanian. Penakut yang tersesat di tubuh wanita dewasa, seperti yang kau tahu
teman. Entah kenapa, semakin aku membuka diri untuk berteman dengan pria, aku
semakin bahagia. Semakin tidak ingin untuk memiliki komitmen seperti denganmu
dulu. Anehnya, ada keceriaan yang aku temui setiap harinya. Ada tawaran akan
kesetiaaan yang tiada habisnya dari mereka, dan aku tidak harus khawatir,
curiga, atau cemburu. Karena mereka tidak akan pergi dari sisiku, dimana pun
aku, mereka ada. Akhirnya, maafkan aku teman, ternyata aku lebih bahagia
dibandingkan ketika aku bersamamu dulu. Percik-percik tawa, luapan kebahagiaan
selalu ada. Berkali lipat dari yang kau berikan untukku dulu. Dan aku nyaman,
aku tenang. Sehingga aku memilih seperti ini. Tanpa ikatan, tanpa ingin
memberikan hatiku untuk siapa pun. Pada siapa pun.
Kau yang pernah
ada di hatiku dulu, dulu sekali. Sebenarnya saat ini aku sedang takut. Sangat takut aku berubah menjadi
serakah. Menjadi kikir dan akhirnya tidak sanggup memberikan hati ini untuk siapapun. Cinta
ini mungkin akan ku simpan untuk diriku sendiri selamanya. Sedangkan dipihak lain, aku selalu menerima
banyak cinta dari mereka, teman-temanku. Aku tahu berapa hati yang nelangsa
karena sikapku ini. Berapa hati yang terluka karena caraku ini. Tapi kau yang
disana, masih boleh kah aku untuk serakah? Aku hanya wanita biasa yang sangat
ingin dicinta, disayang, dan diperhatikan. Dan aku hanya lah wanita biasa yang
tidak ingin terluka, tidak ingin kecewa, apalagi hanya untuk seorang pria.
Kau yang disana
yang dulu pernah ku cinta. Kau boleh menganggap aku wanita yang serakah. Atau
angkuh dalam bahasamu. Silahkan! Aku hanya sedang meng-indahkan hatiku untuk dia, pria yang sedang ku
nanti. Aku masih menanti untuk dia. Saat ini Aku tidak tahu dia siapa. Tapi aku yakin
dia ada, disana, disana, disana. Hanya untukku. Mungkin kami hanya belum
bertemu. Mungkin tak akan lama lagi akan bertemu. Dan aku tidak akan
mengacaukan hatiku dengan memasukkan pria yang tidak tepat di dalamnya. Hati
ini utuh hanya untuk dia yang tercipta untukku. Menurutmu, dimana kami akan
bertemu? Seperti cerita kita dulu kah? Atau tidak sengaja bertemu di jalan?
Atau dipertemukan oleh orang tua kami? Aku masih menunggu dia, semoga dia
segera mencariku, mengatakan cinta, dan akhirnya kami akan bersama.
Untuk kau yang
dulu ada dihati. Aku banyak memperbaharui mimpiku. Demi aku, demi kedua orang
tua dan keluarga besarku disini. Hidupku berubah banyak setelah berpisah
denganmu, semoga kau tidak terkejut. Manusia memang mudah berubah kan?! Menurut
mu, akan seperti apa kita nanti? Akan kah kita bertemu lagi? Bagaimana sikapmu
padaku di depan istrimu? Aku berharap tetap bisa jadi temanmu, tapi jika aku
tak kau pandang layak untuk dijadikan teman, aku rela untuk tidak jadi
siapa-siapa di hidupmu. Karena kita memang tidak ada hubungan apa-apa. Meskipun
kau tidak mengundangku di hari bahagiamu. Ralat. Bahkan sekedar mengabarkan pun
tidak. Aku akan tetap menganggapmu teman. Dan sesuai janjiku, aku akan
mengirimkan undangan yang sangat besar untukmu nanti. Aku harap kau akan datang
di pesta pernikahanku teman.
Untuk laki-laki dari masa laluku..
Kau lah yang menjadikan aku seperti yang sekarang.
Mungkin tanpa mu aku sudah menjadi putri Indonesia atau miss universe, siapa
tahu. :) Tapi karena kau aku hanya menjadi mahasiswi ilmu politik yang lulus
dengan predikat cumlaude dari Universitas Sumatera Utara dan kini melanjutkan kuliah magisterku di UGM.
Terima kasih....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar