Translate

Selasa, 02 Juli 2013

Dunia Kita Wira Bangsa


Ini adalah puisi perpisahan yang aku buat menjelang kelulusan SMA. Tapi kala itu aku hanyalah siswa menyebalkan yang sangat egois. Detik pertama aku ingin membaca puisi ini sendiri di hadapan kedua orang tuaku dan membuat mereka bangga. Namun di detik kedua aku berubah pikiran. Aku ingin mendedikasikan puisi ini untuk sahabatku, aku ingin dia yang membacakannya untukku.Karena sudah terlalu sesak dada ini untuk merasakan dan memaknai kembali puisi perpisahan yang aku buat. Aku tidak boleh bersedih di hari perpisahan kami, batinku berkata kala itu. Namun, kini setelah aku mengingat dan mengulang kembali kenangan itu, tidak ada yang berubah. Aku tidak menyesal sama sekali. Karena aku sadar masa lalu lah yang menciptakan aku yang sekarang. :)

                                                               Dunia Kita
                                                                                          
Dalam hitam gelap suasana hidupku
Kuberdiri menahan sakit karena perpisahan ini
Di sini...
Di Wira Bangsa ini
Telah terkubur berjuta kenangan
Bersamamu
Yang tak kan mungkin bisa terulang...

Wajah ceriamu teman
Selalu membayangi kebahagiaan di asrama kita
Kerjap indah matamu membuka kisah
Sayangku padamu ini
Dan ku harus berdiri di sini
Menatap dirimu yang terlepas

Teman ...
Kau selalu sandarkan sejenak beban ini
Berbagi bersama
Impian kita....
Tentang dunia yang indah dan laut yang tak bertepi

Kini hanya rasa pedih merasuk di dada
Terbawa duka
Melihatmu menjauh pergi
Mencari melayang terbang bersama mimpi
Menjadi kebanggaan dunia nanti

Tawa kita pernah memenuhi seluruh
Wira Bangsa ini,
Dunia kecil yang kita bagi bersama
Tempat mencari puing-puing ilmu yang suci
Dari guru kita...

Jalanmu masih panjang...
Jalanku juga masih panjang...
Semoga kita selalu bersama dalam jalan Allah
Hingga nanti kita kan bertemu lagi di Wira Bangsa ini
Ketika kau dan aku
Telah mampu membuat dunia kecil kita ini bangga
Telah mempertemukan kita di sini...
Wira Bangsa kita.

Meulaboh, 2008
Oleh Vellayati Hajad 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar