Translate

Jumat, 04 Oktober 2013

Mencari Jejak ala Vella Holmes Part I

Ini adalah peristiwa kedua kalinya rumah kami dikunjungi maling.Apakah aku harus merasa tersanjung? maling-maling itu memilih rumah yang sangat tepat untuk didatangi. Oke lah, kunjungan pertamanya sukses, sukses dalam artian dia sukses membuat  kami tidak menyadari kehadirannya di rumah hingga seminggu setelah kejadian tersebut dan sukses selanjutnya adalah karena dia (atau mungkin mereka) sukses membawa perhiasan ibu tanpa kami sadari. Malam pertama merasa "didatangi" membuat kami sangat syok, bagaimana tidak, perhiasan itu sudah jauh-jauh hari direncanakan untuk dijual oleh ibu.

Kebutuhan dan biaya hidup yang mendesak terlalu banyak terlebih setelah ayah pensiun dari pekerjaan lamanya, praktis ibu lah sumber keuangan utama keluarga, sehingga tidak ada pilihan lain, perhiasan emas ibu harus dijual. Namun, maling itu punya rencana lain, diam-diam dia mendatangi rumah tanpa kami sadari. Sekedar informasi, rumah kami kecil memanjang ke belakang dengan 3 kamar tidur dan rumah kami di kelilingi pagar beton setinggi 1,5 meter berbentuk tembok-tembok bersusun sehingga otomatis jika maling itu mencuri di siang hari tidak mungkin karena tetangga rumah akan langsung mengetahuinya dan jika operasi dilakukan malam hari juga akan langsung ketahuan karena rumah kami tidak pernah dibiarkan kosong ketika malam hari. 

Suasana duka berlangsung berhari-hari di rumah kami, aku langsung khawatir dengan studiku, bagaimanapun tanpa perhiasan itu aku akan kesulitan mebayar uang semester depan. Kondisi ibu lebih memprihatinkan lagi, beliau yang merupakan seorang guru sekolah dasar berusaha menabung sedikit demi sedikit gaji yang diperoleh untuk membeli perhiasan tersebut, dan kini si maling yang sangat imut itu tega untuk mengambilnya. Hanya ayah yang masih menunjukkan sikap ksatria seorang pemimpin di situasi seperti ini. Berulang kali ayah berkata, "diikhlaskan saja yang sudah hilang, nanti Allah akan menggantikannya dengan cara lain". di saat-saat genting seperti ini aku semakin yakin, seorang perempuan perlu seorang pendamping yang tenang dan mampu berpikir rasional, dan aku harus mencari pendamping hidup kelak seperti itu (maaf curcol, hehehe).

Setelah tepat 3 minggu berlalu, hidup harus berlanjut. Situasi mulai normal seperti semula, ibu sudah terlihat ikhlas dan ayah disisi lain semakin giat bekerja di kebun-lebih dari sebelum-sebelumnya-dan aku masih menjadi sang penjaga rumah yang setia menanti kepulangan mereka.

Hingga malam yang kami takuti terjadi lagi. Sepertinya maling itu cari mati! Dia kembali mendatangi rumahku, namun kali ini kami cepat menyadarinya karena dia merusak pintu samping dengan cara mendobrak. Dia melakukannya dengan halus dan penuh perhitungan serta nyaris tanpa jejak. Kenapa nyaris? setelah dia memperkirakan kami sekeluarga pergi ke Meulaboh (sebuah kota kecil di pantai barat Aceh) dan tak kembali sebelum malam menjelang, dia melancarkan aksinya. Melakukan modus yang sama, trik yang sama, namun sayang dia salah memperkirakan AWAL BULAN. Mungkin dia mengira ibu sudah mengambil gaji atau ayah sudah memanen hasil kebun dan pasti uang itu disimpan di rumah. dia SALAH. Hahaha rasanya mau tertawa keras-keras, mungkin dia tidak tahu kami sedang defisit anggaran kalau tidak mau dibilang miskin. Semua uang uda ludes untuk mendaftarkan adik ke kampus barunya dan untuk modal ayah berkebun. Tidak ada yang tersisa. Oh maaf, sebenarnya ada yang tersisa, yaitu Jejak Kaki yang maling itu tinggalkan di dekat pintu samping. Dan sekarang aku sedang membayangkan wajah kecewanya yang pulang dengan tangan kosong padahal sudah susah payah menaiki dinding dan mendobrak pintu.

Selamat ya maling, kasus kamu resmi dibuka hari ini! Jejakmu akan membunuhmu! Vella Holmes pasti akan menemukanmu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar