Translate

Rabu, 18 Desember 2013

Gegar Otak

Awalnya terpikir otak ini sudah pecah, tidak mampu lagi menampung apalagi kalau untuk memikirkan dirinya. Penuh sudah "overload". Sekian lama tidak bertemu membuat otak ini bekerja ekstra merangkai kisah dan kenangan yang ada dan sesekali menerka-nerka seperti apa dia, apa yang akan dia bicarakan, dan bagaimana sikap yang pantas ketika bertemu nanti.
 
Dan hari itu pun tiba. Setidaknya ada tiga kali pertemuan, tapi pertemuan tanpa kesimpulan. Ibarat tulisan kami hanya berkutat di latar belakang dan "seperti" ketakutan memasuki bagian pertanyaan. Pertanyaan yang dari dulu dinantikan. Sbenarnya akan dibawa kemana hubungan ini? sebatas inikah? hanya seorang abang dan adik saja? atau akan berkembang selayaknya usia mereka yang juga bertambah.

Otak ini semakin berdenyut, sakit setiap kali melihat ke layar telepon genggam. Masih berharap ada nama itu disana, bahkan sekedar menanyakan kabar saja sudah cukup. Tapi tidak ada, tidak ada apa-apa. Hanya kosong disana dan sesekali teman-temannya yang menyapa. Padahal yang diharapkan dia, abang yang akan menguatkan dikala lelah dan lemah melanda, dan saat ini sedang sering melanda.

Setiap kali sadar mungkin kami bukan apa-apa dan aku bukan siapa-siapa baginya setiap kali itu pula beban di hati semakin menumpuk, merangkai kemungkinan terindah dan terburuk disaat yang bersamaan. Adakah aku dalam hatinya? meskipun sesaat menjadi kekasih di dalam hatinya. Banyak harap bermain disana. Andai dia melihatku berbeda dan andai-andai yang lain.

Ada darah yang mengalir abstrak, mungkin ini darah dari otakku yang berdarah setiap kali memikirkan tahun itu, 2014. Memikirkan dia di tahun itu, memikirkan aku di tahun itu. Sangat ingin dia mengungkapkan rasanya SEKARANG bukan malah nanti ketika semua pria bisa saja sudah mendekati, ketika bisa saja nanti aku telah jatuh hati pada pria lain, bukan dengan dia yang diharapkan keluarga untuk bersama. Sebenarnya aku masih menantinya tapi dengan limit tapi dengan batasan yang menurut orang egois. segera ungkapkan atau aku akan memilih  pergi pada yang lain yang meskipun belum tentu pasti.

Lama-lama rasanya aku mengalami gegar otak, perlahan mulai lupa siapa dia dan kenapa aku "hampir" pernah menyukainya. Mungkin memang harus dilupakan, pria yang luar biasa baik dan tidak romantis itu. Relakan dia bersama wanita yang mampu mendampinginya. Ibarat matahari, dia akan lebih bersinar tanpa aku sang bulan berjalan disampingnya mencoba menjadi bayang-bayangnya. Biarlah aku sakit, nestapa sedikit saat ini, hingga nanti aku mampu bangkit.

Gegar otak ini makin parah, aku bahkan tidak tahu aku berada dimana, hanya gelap dan terang yang terlihat. Dinding bercat putih mengelilingiku, mengurungku untuk jangan pergi padahal ingatanku tidak akan kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar